"Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan" - Imam Syafii
Menjadi anak rantau merupakan pilihanku untuk meraih cita-cita. Awalnya aku kira, menjadi anak rantau akan begitu sulit. Apalagi untuk orang seperti aku yang memang jarang sekali pergi jauh sendiri tanpa didampingi kedua orangtuaku, ditambah lagi pesan-pesan dari keluargaku sebelum aku berangkat ke perantauan , membuatku semakin takut hidup menjadi anak rantau di daerah yang sama sekali belum pernah aku datangi.Rasa takut itupun mau tidak mau harus aku lawan, ini pilihanku.
Untuk beradaptasi di lingkungan yang baru merupakan hal yang cukup sulit bagiku yang memiliki kepribadian introvert (tertutup). Tak banyak kata-kata yang aku ungkapkan ketika bertemu dengan teman-teman baru disini, hanya senyum yang aku berikan kepada mereka pertanda aku senang berteman dengan mereka. Terkadang ketika aku berada di sekeliling orang ramai, aku hanya diam dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan, tanpa mau ikut bersuara. Sampai saat ini aku masih mencari tahu cara terbaik untukku beradaptasi disini.
Salah satu identitas anak rantauan adalah tempat kos. Iya, rumah selama berada di kota orang. Tempat berteduh, melepas penat, tempat beristirahat, tempat bertemu keluarga baru dan masih banyak lagi. Rumor yang beredar di masyarakat saat ini (yang sering aku dengar) bahwa menjadi anak kos berarti kita siap untuk melakukan apapun sendiri. Awalnya tidak begitu memberatkan untukku karena pada dasarnya aku orang yang memang lebih suka melakukan apapun sendiri. Sampai akhirnya kesepian yang benar-benar sepi pun terjadi. Bosan dengan kesendirian selama di kos. Seketika aku ingat bahwa disini bukan aku satu-satunya orang yang merasa kesepian. Kebanyakan anak kos akan merasakan hal ini.
Teringat akan hal ini, akupun berkenalan dengan orang-orang yang akan menjadi keluargaku selama aku disini. Lagi-lagi, awal perkenalan aku masih sangat tertutup dengan orang-orang disekelilingku. Sampai akhirnya seiring aku dan teman-temanku sering berkumpul bersama, akupun mulai bisa beradaptasi di tempat kos ini.
Banyak hal yang bisa aku pelajari disini, terutama keterbukaan antara satu dan lainnya. Jujur, aku termasuk orang yang susah untuk mengutarakan masalah yang sedang aku alami ke orang-orang apalagi orang-orang baru. Tetapi mereka mengajariku satu hal bahwa kita disini tidak hidup sendiri, kita akan saling membutuhkan satu sama lain. Hal itu terlihat jelas disaat mereka akan makan dan tidak lupa menawariku makan juga atau saat aku sakit, mereka tidak berhenti memberikan perhatian. Begitupun sebaliknya. Keadaan seperti ini sangat jarang ditemui di kos lain. Bahkan pernah suatu malam, aku belum pulang karena sedang mengikuti salah satu acara organisasi, mereka (masih dengan perhatiannya) menanyakan keberadaanku dan aku kapan pulang :')
Terimakasih sudah membuka pikiranku bahwa hidup tidak terus menerus tentang kamu dan duniamu bahwa kita sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya bisa menceritakan kehidupan kita dengan orang lain, terimakasih sudah mengajariku banyak hal, terimakasih sudah sabar menungguku keluar dari sikap tertutupku.
Terimakasih banyak , kalian , orang-orang yang lebih dari sekedar teman, terlalu istimewa untuk dikatakan sahabat , tapi terlalu dini untuk dikatakan keluarga karena baru kurang lebih 3 bulan kita saling mengenal :)
Komentar
Posting Komentar